Surabaya Waspada Penyakit Menular Legionellosis, Ini Penjelasannya

Rabu, 28 September 2022 13:52 WIB

Share
Ilustrasi
Ilustrasi

POSKOTA JATIM- Pemkot Surabaya meluncurkan surat edaran kewaspadaan terhadap penyakit  menular Legionellosis, meski belum ditemukan kasusnya di Surabaya 

Surat edaran tersebut  No. 443.33/31474/436.7.2/2022 adalah untuk  menindaklanjuti SE Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes terhadap penyakit Legionellosis.

"Kita keluarkan surat edaran ke faskes, ke rumah sakit ke klinik itu dalam rangka kewaspadaan dini. Jadi sampai sekarang belum ada di Surabaya," kata Kepala Dinas Kesehatan Surabaya, Nanik Sukristina, Selasa (27/9/2022), dilansir dari Detik.

Nanik mengatakan penyakit Legionellosis ini seperti flu biasa, batuk berdahak hingga sesak nafas atau menyerang paru-paru. Usia yang rentan terkena penyakit ini kebanyakan 50 tahun ke atas, terutama yang memiliki komorbid, mendapat pengobatan imunosupresi dan faktor risiko lain.

Masa inkubasi penyakit ini antara 2-10 hari, rata-rata 5-6 hari. Penularan bakteri Legionellosis pada manusia dapat melalui aerosol di udara atau karena minum air yang mengandung bakteri Legionella, melalui aspirasi air yang terkontaminasi, melalui pemindahan (inokulasi) langsung melalui peralatan terapi pernafasan dan pengompresan luka dengan air yang terkontaminasi.

Kemudian, bakteri Legionella dapat hidup di air laut, air tawar, sungai, lumpur, danau, mata air panas, genangan air bersih, air menara sistem pendingin di gedung bertingkat. Lalu hotel, spa, pemandian air panas, air tampungan sistem, air panas di rumah-rumah, air mancur buatan yang tidak terawat baik, adanya endapan, lendir, ganggang, jamur, karat, kerak, debu, kotoran atau benda asing.

Bakteri ini bisa hidup pada suhu antara 5,7-63 derajat celcius dan tumbuh subur pada suhu antara 30-45 derajat celcius dan mampu hidup pada pH 2,7-8,3 serta mati pada kondisi tubuh suhu di atas 60 derajat celcius.

Gejala yang muncul, seperti batuk berdahak, demam, myalgia (nyeri otot), diare, dispnea (sesak nafas), kehilangan nafsu makan, lemah lesu dan sakit kepala. Untuk mendeteksi kasus penyakit Legionellosis di wilayah dapat melalui pelaksanaan surveilans pneumonia, influenza like illness (ILI) atau severe acute respiratory infection (SARI) dengan memanfaatkan aplikasi sistem kewaspadaan dini dan respon (SKDR).

"Ada di skrining itu sistem waspada dini itu. Di masing-masing rumah sakit ada tata laksananya. Setahu saya tidak ada tes PCR. Tapi untuk menentukan diagnosa, nanti ada khusus dari dokter yang menyatakan, harus ada uji lab," ujarnya.***

Editor: Jayadi
Sumber: -
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar
Berita Terpopuler