Warga Khawatir dengan Akuisisi Twitter oleh Elon Musk

Kamis, 12 Mei 2022 12:36 WIB

Share
Elon Musk mengatakan ingin buka kebebasan berpendapat/IST
Elon Musk mengatakan ingin buka kebebasan berpendapat/IST

JATIM.POSKOTA.CO.ID - Bos Tesla dan SpaceX Elon Musk mencapai kesepakatan untuk membeli Twitter. Platform media sosial raksasa itu disebutnya akan memberi kesempatan kepada siapapun untuk menyuarakan pendapat mereka. Sebagian masyarakat khawatir hal itu justru akan menyuburkan praktik misinformasi dan disinformasi. 

Elon Musk, orang terkaya di dunia, mencapai kesepakatan untuk membeli Twitter seharga $44 miliar (sekitar Rp636,5 triliun) pada akhir April lalu. Kesepakatan itu mengakhiri drama yang diwarnai dengan ancaman agresif terhadap upaya akuisisi, sebelum akhirnya dilakukan penyerahan kendali pribadi salah satu platform media sosial paling berpengaruh di planet Bumi itu kepada Musk.

Akuisisi itu disambut beragam oleh masyarakat. Beberapa khawatir, Musk memiliki kendali terlalu besar atas platform tersebut.

Avery Van Pelt, mahasiswi asal Wyoming, khawatir akan semakin sering terjadi pelecehan di jagat Twitter. Kepada Associated Press, Avery mengatakan, “Tidak ada lagi kepemilikan jamak, itu seolah memberinya kekuatan penuh atas Twitter, dan saya rasa kondisi Twitter akan semakin buruk apabila ia mencoba membuka keran kebebasan berpendapat, karena itu akan memberi ruang pada penyebaran berita bohong, ujaran kebencian dan sebagainya, bahkan mungkin lebih banyak pelecehan.”

Sementara pasangan pensiunan asal negara bagian Seattle, Don dan Christie Riggs, menilai isu misinformasi dan konflik kepentingan berpotensi merusak platform berlambang burung itu.

“Kami khawatir akan apa yang mungkin ia lakukan dalam kaitannya dengan isu misinformasi, (misalnya) menghapus filter penyaring misinformasi,” ujar Don.

“Kemampuannya untuk memiliki kendali yang begitu besar, untuk mengontrol konten demi kepentingan pribadi, alih-alih kepentingan bersama,” imbuh Christie.

 

Twitter sempat dikenal sebagai corong mantan Presiden AS Donald Trump sebelum platform itu memblokirnya, dan Musk – yang memproklamirkan diri sebagai “pembela hak kebebasan berpendapat” – menyatakan ingin mereformasi apa yang dianggapnya sebagai upaya moderasi yang berlebihan di Twitter.

Beberapa pihak khawatir, pelonggaran moderasi Twitter justru akan memperburuk kondisi demokrasi. Jochen Ahlswede, warga Jerman, menganggap Musk bukanlah sosok yang tepat untuk mendefinisikan batasan-batasan platform sebesar Twitter.

Halaman
Reporter: Admin Jatim
Editor: Srumekso
Sumber: -
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar
Berita Terpopuler