Mbah Yongki : Paku Emas Diyakini Bisa Menjadi Tulak Balak
Rabu, 4 Mei 2022 11:27 WIB
Share
Paku Emas (Foto.Istimewa)

JATIM.POSKOTA.CO.ID - Adat tradisi di Jawa memiliki banyak ragam, yang didapat dari sebuah kepercayaan turun temurun trah leluhurnya.

Salah satu tradisi para pinisepuh di suatu jaman, adalah Paku Emas yang memiliki banyak keberuntungan, dan konon mampu meningkatkan pamor seseorang.

Menurut tradisi Jawa, sangat penting memakai Paku Emas untuk membangun rumahnya. Yang diletakkan ditiang penyangga kuda-kuda rumah.

Dongeng yang berkembang, agar penghuni rumah tentram, mudah mencari sandang pangan. Ada juga cerita Paku Emas sebagai simbol Tulak Balak.

Tetuko Yongki Irawan budayawan di Malang (Foto/Dok. Yongki)


"Kadang paku emas juga ditaruh digawangan pintu masuk rumah termasuk ada Tapak Kuda, Kupat, Padi Jawa," terang Ki Tetuko Yongki Irawan.

Selain itu Mbah Yongki juga menjelaskan,  Emas banyak juga dipakai untuk susuk.

"Susuk emas seperti paku mas, namun tidak pakai kepala pakunya, diletakkan ditengah dahi antara kedua alis mata (Cakra Asnan) yang mendekati letak Cakra Mahkota (letak peletupan gelombang frekuensi)," tuturnya.

Kala itu orang tidak banyak yang mengerti secara Ilmiah hanya lewat dongeng, dan dikerjakan oleh seseorang yang memiliki kemapuan spiritual.

"Dan dongeng yang berkembang kala itu, pasang susuk agar berwibawa, disayangi atau dicintai banyak orang, wajah biar nampak awet muda dan lainnya," ujar budayawan dari Malang ini.

Bagi seorang spiritual atau paranormal susuk digunakan juga sebagai sarana kontak jarak jauh termasuk dengan dunia alam lain (maya).

Karenanya, dongeng yang berkembang cenderung menjurus pada hal mistis. Maka hal tersebut menimbulkan kontra dalam kehidupan di masyarakat modern.

"Tentang emas, banyak diketahui bahwa Nusantara ini oleh pemimpin kita kala itu Bung Karno, Tugu Monas juga sudah di pantek emas, sebagai penetralisir gelombang frekuensi," lanjutnya.

Di Kota Malang, Tugu didepan Balaikota yang juga diresmikan oleh Bung Karno, diujung atas penangkal petir juga ada lapisan emas.

Beberapa bangunan peninggalan Belanda terutama yang tinggi, ujung penangkal petirnya terdapat tembaga yang dilapisi emas. Kebawah tembaga ditanam ketanah berfungsi penetral medan listrik.

"Setelah jaman berkembang, dunia barat melirik fungsi emas terutama Susuk, menjadi bagian penelitian. Maka disebut lah emas sebagai konduktor penghantar, juga penangkap medan frekwensi terbaik," terang Mbah Yongki.

Jaman penjajahan Belanda menggunakan konduktor tembaga sebagai bagian dari mengalirkan listrik. Dikemudian hari kabel tembaga tersebut banyak digantikan oleh bahan Alumunium.

Beranjak sesuai dengan jaman, emas dipergunakan untuk sarana komunikasi lewat gelombang frekuensi Hp Android, lebih mahal harga Hp nya, tentunya kandungan emas pun lebih kuat.

"Alangkah bijaksananya para pinisepuh kita, jauh kebelakang mereka sudah menemukan rumus emas sebagai penghantar dan penangkap medan gelombang frekuensi (konduktor).

Dan dipergunakan sesuai dengan kebutuhan frekuensi keperuntukannya," ungkapnya.

Maka tak heran bila saat ini ditoko emas banyak orang mencari paku emas termasuk didunia online. (GG)**

Berita Terpopuler