Mengenal Tradisi Sambut Tellasan Topa’ dari Masa ke Masa di Sumenep

Selasa, 25 Mei 2021 12:33 WIB

Share
Wadah ketupat sekarang tinggal beli.(IST)
Wadah ketupat sekarang tinggal beli.(IST)

JATIM.POSKOTA.CO.ID - Warga Jawa menamainya dengan Hari Raya Ketupat atau Kupatan. Nah, bagi warga Madura, Sumenep khususnya, Tellasan Topa’ merupakan bagian dari budaya yang berkategori sakral. Disebut sakral, karena sebelumnya, sebagian umat Islam ada yang menjalani puasa sunnah enam hari sejak di hari kedua bulan Syawal. Secara tradisi, Tellasan Topa’ digelar pada tanggal 8 Syawal, atau enam hari pasca lebaran Idulfitri.

Dalam kajian historis, tradisi ini berlangsung turun-temurun sejak masa pembumian awal Islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa. Islam yang diperjuangkan dan dibawa oleh tokoh-tokoh Wali Sanga Jawadwipa. Topa’ atau ketupat, merupakan makanan berbahan dasar beras yang dibungkus anyaman janur kuning. Biasanya, topa’ disajikan dalam bentuk menu berjenis soto, opor, campor, kaldu, dan lainnya.

Makna Tellasan Topa’ atau lebaran ketupat, yang penting untuk diambil dalam kehidupan sehari-hari ialah sikap guyub, gotong royong, saling membantu, dan saling memberi. Sikap tersebut seringkali kita temui, khususnya di masa lampau.

Dahulu, warga menyiapkan topa’ dengan swadaya. Mulai janurnya, lalu menganyam, dan selanjutkan mengisi wadah atau orong dalam bahasa Maduranya, dengan beras. Kemudian dikukus menggunakan tungku berapi. Semuanya, dilakukan bersama-sama. Melibatkan banyak anggota keluarga, sanak kerabat dan tetangga. Saling membantu satu sama lain. Dalam suasana suka cita dan gembira ria.

Kegiatan bertukar menu masakan ketupat, saling silaturrahim terasa begitu mengasyikkan. Mungkin bagi generasi yang mengalami masa kecil di tahun 90-an masih bisa mengingatnya.

Suasana ini bergeser saat orong topa’ atau wadah topa’ mulai dijual bebas di pasar-pasar maupun di pinggir jalan. Warga hanya tinggal mengisinya dengan beras dan mengukusnya. 

Namun pasca tahun ‘90-an, di tengah semakin sibuknya aktivitas banyak orang, kegiatan menyambut ketupat lebih instan lagi, yakni dengan membeli ketupat masak. Warga cukup membelahnya dan menyajikannya di saat Tellasan Topa’, baik pada keluarga di rumah, atau sanak kerabat dan tetangga dekat.

Sudah jarang ditemui aktivitas rumahan atau keluarga yang masih membuat ketupat sendiri. Entah apa karena budaya instan mulai menyelimuti kehidupan sehari-hari kita, atau faktor waktu yang kadang banyak banyak orang sudah tidak sempat lagi meluangkannya, sebab kesibukan yang tambah padat.

Namun alih-alih menghidupkan tradisi masa lampau, tak jarang  warga yang sudah rindu dengan ketupat dan suasana guyub dalam tradisi Tellasan Topa’, justru cukup dengan membelinya di warung-warung soto, campor, dan rumah makan yang menyediakan menu Tellasan Topa’.(*)

Reporter: Admin Jatim
Editor: Admin Jatim
Sumber: -
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar
Berita Terpopuler